Hadirku kau bilang jarum jam yang patah
Menjerit di malam asing memecah lencong
menara
Sia-sia
dan terserak
Di udara awan legam menyulut api di ulu
gunung
Kau berteriak dari puncaknya memanggilku
yang retak yang habis terlumat pertemuan
telanjang kakiku berlari mengejar waktu
di bibir lonceng di senar-senar biola
sayangmu
aku hadir saat suaramu lenyap saat
lonceng
dan biolamu mengabu di udara menimbun
dadaku
yang
bara
aku sendirian menggali kuburan
di tanah yang bernama kenangan
lalu malam menendangku
angin melempar kesakralan puisi
dan kata-kata berkerumun
merobek-robek seluruh hartaku
aku kalah dengan sehelai nyanyian
biolamu
Beranda Sunyi NaziL
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tuls Komentar...