sejak pagi ini,
dinding yang aku susun dengan kulit-kulit yang terkelupas
dari bibir dan lidahku, runtuh menyentuh tanah,
menayatu pada muasal: serpihan terhempas tiupan asing.
bara yang berkobar padam terpendam hujan batu-batu
sungai tempat mengalirkan keresahan dan ketakutan
menjelma lorong sempit dan curam, ah jadi jurang rupanya
tetapi, jalan-jalan masih banyak arahnya
tikungan-tikungan itu terlampau tajam menanti di ujung
ya, mestinya aku lari tanpa menoleh dan terus lari
sampai jalan-jalan tak meiliki tikungan tajam.
dan saat itu hanya ada satu nama, pusara milikku.
bara yang berkobar padam terpendam hujan batu-batu
sungai tempat mengalirkan keresahan dan ketakutan
menjelma lorong sempit dan curam, ah jadi jurang rupanya
tetapi, jalan-jalan masih banyak arahnya
tikungan-tikungan itu terlampau tajam menanti di ujung
ya, mestinya aku lari tanpa menoleh dan terus lari
sampai jalan-jalan tak meiliki tikungan tajam.
dan saat itu hanya ada satu nama, pusara milikku.
Namun sebelum kecupan menempel kening nyawaku
Akaan kutulis surat padanya yang memiliki bunyi
Untuk sebuah tembang kepulangan berwangi kembang kamboja
Mei 2012
Beranda Sunyi NaziL
3 komentar:
luar biasa...
luar biasa...
Heeeei salam pagi dol
Posting Komentar
Silahkan Tuls Komentar...